Oleh : Al-Fian Dippahatang
Benci
yang mesti kukalimatkan pada diriku, berkali-kali
mengalamatkan
kakiku melangkah mencintai pergi dan kejauhan.
Jejak
yang kutinggalkan tak akan pernah menginginkanku kembali.
Sekalipun,
aku sadar betapa sabar pernah membuatku berbalik arah.
Bebaik
hati, melupakan yang pernah menyakitiku.
Mungkin,
suka yang tak kupahami selalu ada luka.
Barangkali,
angin ingin menerbangkan sisa-sisa
pembakaran
yang beberapa waktu lalu menyulut bahagia.
Bagian
yang susut dalam hitungan sesaat, mungkin sesat diterima hatiku sebab aku mesti
mengikut, paham ada yang mengikat.
Hari
baru tak akan menetap-tetap, tepat di waktu rindu
ingin
tuntas dengan ciuman panjang yang diinginkan pertemuan.
Janji
pun ingkar yang ikrar dari mulut yang pandai berkata-kata.
Enggan
berkaca-kaca di hadapan jendela yang dihinggapi embun.
Menepikan
pagi dan hanya menantikan angan-angan mendekat,
seperti
rekat dipeluk.
Makassar,
2015
0 komentar:
Post a Comment