Recent

29 January, 2015

Kotaku, Kotamu, dan Kota Kita

(Foto Gedung Balaikota Dari Benteng Fort Roterdam)

Hidup di perkotaan butuh persiapan yang matang dalam pertarungan mencari nafkah, setidaknya mempersiapkan tenaga yang kuat dan otak yang cepat agar mampu mengendalikan diri dari berbagai macam godaan, misalnya prosesor laptop yang tipenya corei i7. Kota menurut KBBI adalah “daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian”. Perlu di garis bawahi tentang “fasilitas modern” dari definisi di atas. Pertanyaannya adalah seperti bagaimanakah yang di maksud dengan fasilitas modern dalam kota ? Sementara Kota menurut Marx dan Engels adalah kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang diperlukan agar masing-masing anggota dapat mepertahankan diri. Perbedaan kota dan pedesaaan menurut mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dengan materi. Individu-individu terbagi dalam kedua jenis tenaga kerja ini, yang mengakibatkan mereka mengalami alienasi.

Kota Makassar salah satu kota yang berkembang di Indonesia timur dari segi ekonomi, sumber daya manusia, pendidikan dan teknologi. Berdasarkan hasil bacaan saya mengenai perkembangan kota ada baiknya kita memandang kota berkembang sebagaimana yang dikemukan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), adalah Pertama, Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB). Artinya bahwa tempat public harus di pusatkan pada suatu tempat yang mempermudah kebutuhan masyarakat. Ruang untuk publik harusnya dirasakan oleh banyak kalangan masyarakat, jangan hanya para elite saja yang menikmatinya. Kedua, Daerah Peralihan. Maksudnya daerah dalam kota harus dijadikan sebagai tempat huni layak bagi masyarakat. Berkembangnya pembangunan dimana-mana mengakibatkan banyaknya masyarakat kelas bawah yang tak dapat menikmatinya. Ketiga, Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja. Dalam kelompok masyarakat yang tinggal di perkotaan seharusnya diberikan wadah untuk memikirkan apa rutinitas pada kegiatan masyarakat, misalnya, pekerjaan, dan lahan untuk berekspresi demi mewujudkan apa impian dari masyarakat. Bukan hanya tempat-tempat perputaran perekonomian, tetapi sediakanlah sebuah tempat dimana masyarakat harus menikmati wkatu senggangnya. Empat, Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya. Kita ketahui bahwa di Makassar telah banyak perumahan mulai dari yang ekslusif hingga non ekslusif. Pertanyaannya adalah seperti masyarakat apakah yang menghuni perumahan tersebut ? Kelima, Daerah Penglaju. Maksud dari daerah penglaju adalah tempat bagi masyarakat yang menginkan dirinya untuk berjalan kaki. Sementara wadahnya tak di sediakan oleh pemerintah, ataukah pemerintah sibuk dengan bernegosiasi dengan wajah tak asing kita lihat.

Kita ketahui bahwa sebentar lagi kota makassar akan menuju kota dunia. Dimana-mana kita banyak melihat slogan yang mengatas namakan “Menuju Kota Dunia”. Secara tidak sadar kita akan dipaksa untuk menggunakan komoditi barat, meskipun barang yang kita pakai adalah barang dari indonesia, tapi di ekspor ke luar negri guna untuk meningkatkan nilai tukar yang layak pakai, lalu di kembalikan lagi di negara kita dengan harga yang melambung tinggi. Sebenarnya manfaat dari Kota Dunia adalah Pertama semakin bertambahnya ekspolitasi mulai dari infrasturuktur, logistik, dan tenaga kerja di suatu kota. Kedua pusat dan tata letak sebuah kota hanya dirasakan oleh kelas menengah. Inilah satu bentuk yang dinamakan sebagai deskriminasi pembangunan.

Banyaknya permasalahan yang terjadi di kota mulai dari konflik sosial, konflik ekonomi, dan konflik politik. Konflik sosial sering kali kita dapatkan diberbagai daerah perkotaan, apalagi kalau daerah tersebut daerahnya rawan konflik. Konflik yang sering terjadi adalah tawuran, pencurian, dan aksi demonstrasi. Sedangkan konflik ekonomi terjadi ketika harga barang pokok jauh melambung tinggi. Unsur ini dikarenakan tidak lain dari para elite yang bermain dalam berebut kekuasaan material. Parahnya lagi adalah kebijakan selalu saja diperbuat hanya demi kepentingan kelompok tertentu. Faktor inilah yang menandakan bahwa kecurangan selalu saja terjadi ketika kebijakan ingin dijadikan sebagai ajang pertarungan hidup bagi kelompok, bukan kepentingan bersama-sama khususnya masyarakat yang merasakan penderitaan terus menerus.

Betapa sedihnya kita melihat, mendengar, dan merasakan pergeseran begitu saja tanpa memandang kita sebagai manusia. Haruskah kita terima begitu saja dengan sologan “Kota Dunia”. Jika kita di paksa dan terpaksa dijadikan sebagai korban “Kota Dunia” maka ini tak semudah membalik telapak tangan begitu saja. Kata pepatah dahulu. Sekiranya kita membanggakan diri hidup di dalam kota yang sebentar lagi menuju kota dunia, ini bukanlah hal yang sangat teristimewah bagiku. Tidak istimewahnya adalah banyaknya orang yang tidak mengenal lagi dirinya sebagaimana mestinya dia di ciptakan. Meskipun kita telah dirangsang oleh berbagai macam komoditi dalam bahasanya Karl Marx. Dalam bukunya Mansour Fakih (Jalan Lain) Bagi Marx, komoditi selain memiliki sifat kegunaan (used value ) juga mengandung sifat ‘exchange value’, yakni sifat untuk diperjualbelikan. Salah satu faktor untuk menuju kota dunia adalah segala komoditi harus di inpor dari luar negri. Maka dari itu apalah artinya Negera yang katanya dipenuhi dengan kekayaan Alam, lautan, dan lain-lain.

Negara seharusnya memanfaatkan kekayaan di setiap daerah-daerah. Tak ada satupun di setiap daerah miskin dengan sumber daya alamnya. Jika Negara mampu mengatur setiap kekayaan di daerah dan daerah itu mampu menjaga dan mengelola sumber kekayaanya dengan tidak ada negosiasi antara luar Negri, sekiranya Negara akan semakin kuat dan kemiskinan akan berkurang. Akan tetapi, Negara dan Daerah-daerah sibuk dengan kesibukan yang sangat tragis. Tragisnya adalah para pemegang jabatan tidak lagi melihat ke bawah tetapi melihat ke atas. Maksudnya jabatan bukan lagi dijalankan sebagaimana mestinya, tetapi dijalankan sesuai dengan berapa banyak keuntungan darinya dan seberapa lama kontrak yang disepakati oleh pihak yang tertentu.

Saya meminjam kutipan Pramoedya Ananta Toer, Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya. Secara tidak sadar kita telah diperangi oleh simbol-simbol yang merusak akal pikiran kita. Fungsi dari simbol tidak lain dari menjajah alam bawah sadar kita untuk mengganggu cara berpikir kita. Akibatnya adalah kita tak ingin lagi memikirkan apa makna dari kehidupan ini. Berhati-hati melihat simbol-simbol yang mengelilingi kita, jangan sampai kita telah dijadikan sebagai kekerasan Simbol.

0 komentar:

Post a Comment