Oleh : Al-Fian Dippahatang
Suara
yang belum engkau
dengar
datang dari ranting
yang
patah karena dipaksa
menjadi
kursi yang engkau
duduki
dan juga engkau rusaki.
Sedang,
pohon di hutan
tabah
menahan getah
yang
luka membasahi tubuhnya
tak
acuh lagi ingin menangis
karena
sudah merasa biasa.
Cuaca
tak takut kabur.
Sebab,
pohon di hutan
yang
berjejer masih kuat melawan.
Menjulang
mendoakan curah hujan
bertandang
melepas rindu
pada
tanah yang sudah
betah
retak, walau bukan kehendaknya.
Kaki
yang mencintai pedalaman.
Menyimpan
rindu disela-sela jemarinya
yang
melangkah menjadikan jarak
sebagai
jalan menggamit menghayati hayat.
Engkau
pernah berserah pada resah.
Pohon
yang tumbang
tak
pernah cukup engkau toreh.
Musim
bakal susah menoleh.
Makassar,
2015
0 komentar:
Post a Comment