Recent

23 December, 2015

Sebelum Pesta Perkawinan

Oleh : Al-Fian Dippahatang 

Buat: Mariati Atkah

1.      Mappasau
Terluap air di mulut bambu yang menguning.
Terjaga dari lumut hijau menyaring air agar lebih bening.
Hening engkau basuh wajahmu yang dari tapak tanganmu
jatuh ke kolam air mandi, cemerlang wajahmu engkau amati.
Sambil menghirup aroma bedak hitam dari beras ketan
sehabis digoreng hingga hangus, menutupi wajahmu.

Engkau tampung senang dari bahan-bahannya.
Seperti, asam Jawa dan jeruk nipis sendiri
yang engkau tanam semasa kanak di belakang rumahmu.
Kini, engkau petik bukan tuk engkau pakai mencecap,
atau melezatkan makanan yang hendak engkau santap.
Jeruk nipis itu melengkapi pestamu.

Juga, busa sabun di tubuhmu hilang, berulang-ulang engkau simbahi.
Berkali-kali matahari bertengger menyinari kulitmu.
Engkau beranjak mengenakan sarung baru.
Lalu, menjalani sesuai petuah—menyuruhmu jalan lamat-lamat.
Tak dibiarkan lantai papan berbunyi.

2.      Wenni Mappaci
Para tetangga yang risau anak gadisnya belum dilamar,
berbondong-bondong pasang diri di dekatmu melawan samar lampu kamar.
Pandangnya lurus—terperangah melihat sosokmu yang terurus.

Daun pacar kini tergantung di ujung
kuku-kukumu yang telah diperhalus.
Entah, manis jemarimu kelak mahir memotong-motong
daging di dapur. Atau, jemarimu hanya peka
bilamana jantungmu kacau melihat orang-orang
yang bahagia tanpa membahagiakan dirinya.

3.      Kawissoro
Sah adalah resah. Mengurus seseorang darinya tertidur hingga terbangun.
Sebab, kebahagiaan letaknya tak hanya di bibir.
Ia akan hinggap dibawa oleh kata-kata yang beterbangan.
Bertebaran ke telinga yang sehabis terucap.
Meluap ke isi kepala yang merasakan hari-hari penuh pesta.


Makassar, 2015

0 komentar:

Post a Comment