Recent

24 December, 2015

Jalan yang Kita Tempuh

Oleh : Al-Fian Dippahtang

Jalan yang kita tempuh
dua kali lipat dari keringat
yang pernah terperas di tubuh.
Tak kupahami, engkau mengerti aku
atau engkau memang tak bisa
menahan laju kakimu
yang tak pernah kuanggap pergi.

Yang kupendam dari orang-orang.
Engkau kembali menimba
masa lalu yang penuh kenangan.
Yang pada aku hanya timba
yang telat tiba ke dasar sumur.

Engkau mencari jalan yang
sulit kulalui atau yang membuatmu
merasa mengaku. Aku kurang pantas
mendampingimu meregang takdir.

Pada kursi yang pernah kita tempati merawat cerita.
Duduk menatap senja
yang tak pernah kita lihat rebah
di taman Rotterdam atau di perpustakaan
yang sepi pengunjung.
Hanya kita yang serius membaca
buku dari pengarang yang sulit
dipahami pemikirannya.
Seperti, kita yang akhirnya berbeda arah.

Engkau mungkin lupa, tapi tak apalah.
Aku ingin mengingatkan diriku sendiri saja.
Demi duduk berlama-lama
di hadapan laptop, menulis cerita buatmu.
Engkau sengaja membawakanku colokan.
Karena, engkau yakin, tiap malam jumat
pengunjung di kedai kopi favorit kita selalu
ramai pengunjung yang resah jika
handphone-nya kehabisan baterai.
Jumat untuk kelas menulis cerita
dari salah satu pengarang di kota kita.

Sepeninggalanmu, aku cukup
luang membaca buku-buku
yang engkau hadiahkan tiap
aku selesai menulis cerita buatmu dulu.
Engkau senang dituliskan cerita
bertema kearifan lokal.
Tentu, cerita yang engkau suka
berkaitan dengan daerahmu.
Dan banyak yang engkau tolak
karena engkau merasa aku kurang referensi.

Banyak kunci di hidupmu
yang tak kuat kubuka,
seperti mengandung password
yang kutanggung demi satu jalan
yang kenyataannya kita tempuh 
dengan cukup, berbalik arah.


Makassar, 2015

0 komentar:

Post a Comment