Beberapa pilihan puisi Ajip Rosidi dalam Djeram(catatan: penulisan menggunakan ejaan lama, sesuai buku)
Memandang Kehidupan
Memandang relung2 kehidupan
Aku tak tahu pasti
Apakah mungkin mendjadi
Seorang tua jang tenang batja koran
Di tengah ribut dunia kebakaran?
Kusaksikan diriku dan kawan2
Sambil makan katjang dan asinan
Memperbintjangkan nasib negara
Sengit berdebat
Penuh semangat memberi perintah
Menentukan haluan dunia.
Tidakkah lebih baik kita tenggelamkan
Segala rumus dan perhitungan di warung kopi
Selagi matahari belum tinggi
Atau kupilih sadja ketenangan kursi gojang
Saban pagi semangkuk susu dan setangkup roti?
Masih pula merasa kuatir
Akan kepastian hari esok: Bukan tak mungkin
Tuhan tiba2 bertitah: Berhenti!
Maka planit2 bertubrukan, bintang2 padam.
Lalu apa jang masih dapat ditjapai?
Sedangkan bumi tak lagi pasti.
Jang tinggal hanja angan2 jang pandjang
Dan kelam. Sedang
Angan-anganpun
Membutuhkan suatu landasan.
Kuteliti tanganku: urat-uratnja, tulang-tulangnja …
Bisa sadja lenjap tiba2. Tak satupun kupunja.
Selain do’a.
1968
Sadjak Buat Sebuah Nama
Telah kausiram bumi pertiwi
dengan darahmu jang merah: Maka kini
kaulihat pemimpin-pemimpin besar tjakap
tak lebih dari para pemain sulap
jang bersumpah atas nama Tuhan
hanja untuk pangkat dan kedudukan.
Telah kauberi tjontoh keiklasan berkurban
terhadap tanahair, bangsa dan Kebenaran
jang selama ini hendak dipalsukan
di bawah kebuasan nafsu dan kesewenang-wenangan.
Dan telah kaubuktikan bahwa dari apapun
lebih kautjintai Kemerdekaan. Kehidupan
manusia-budak jang bergelimang kemewahan duniawi
kautolak dengan tegas dan pasti. Lalu setjara sederhana
kaupilih Keadilan – jang lama telah dilupakan
meski para pemimpin tak kundjung henti
mendjadjakannja dalam setiap upatjara
dengan berbagai pidato berapi api
dengan berbagai slogan dan sembojan
jang tak satupun punja arti
bagi kehidupan rakjat sehari-hari.
1967
0 komentar:
Post a Comment