Kata kopi sendiri awalnya berasal dari bahasa Arab: qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasaBelanda. [butuh rujukan] Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasaIndonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini. Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta.
Kopi yang terdiri dari Air, Gula, dan Kopi sehingga dinamakan dengan Kopi. Kekuatan sebuah Kopi mengantarkan kita pada proses ke-hakikat-an sebuah manusia. Apa landasan dasar sehingga di katakan ke-hakikat-an manusia ? Pertama, Kopi dikatakan sebuah kopi ketika esensi dari kopi dapat melahirkan eksistensinya sebagai kopi. Manusia dapat disebut manusia apabila akalnya berfungsi sebagai memahami yang menjadi sebab dari sebuah akibat. Kedua, Kopi terbuat dari beragam macam ramuan sehingga layak dinamakan kopi. Manusia hidup dikarenakan memiliki zat bernyawa. Ketiga, Manusia bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Kopi berpindah pada titik ke titik selanjutnya. Manusia dan kopi sama-sama mempunyai kekuatan yang saling berpengaruh.
Kehidupan tanpa kopi sama saja ketika kopi tidak dicampuri dengan gula. Spiritual meminum kopi sudah melekat dalam jiwa manusia. Aktivitas manusia pada umumnya selalu bersama dengan kopi. Mulai dari Mahasiswa, Tukang Becak, Pedagang Kaki Lima, Wiraswasta, Pegawai Negri Sipil, Politisi, Pengusaha Hingga Presiden. Betapa kuatnya kekuataan kopi dalam kemanusiaan. Kehadirannya sama sekali tak membeda-bedakan status dalam sosial. Ketika bersama-sama menikmati secangkir kopi yang terjadi adalah kemanusian yang adil dan beradap (Sila Kedua) Pancasila. Kenikmatan yang dimilikinya sungguh membuat manusia ber-Imajinatif dan perdamaian.
Dalam sebuah buku ‘agama kopi’, Kopi sendiri sebenarnya lahir di Ethiopia sejak 800 tahun SM yang dikonsumsi sebagai buah, dua ratus tahun kemudian bangsa Arab mengenalkan kopi pada dunia sebagai sebuah minuman. Ketika bangsa Arab memperluas perdagangannya, biji kopi pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi di sana ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar.
Pada masa bangsa Arab telah menyebar luaskan kopi tersebut ada petanda bahwa aroma kopi dapat dirasakan oleh semua manusia tanpa terkecuali. Pandangan saya, kopi yang diperdagangankan waktu itu bukan serta merta melihat keuntungan dari jual-beli bijian kopi, akan tetapi, dengan kopilah bangsa Arab dapat menyebar luaskan Ajaran Agamanya yaitu Islam. Bersama dengan doktringan Agamanya. Bahwa meminum kopi dapat merasakan spiritual manusiawi. Bahkan adapula yang menganggap bagian dari kerohanian.
Berdasarkan bacaan saya, Ditahun 1696, Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di Batavia, pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia, pengiriman kedua dilakukan tahun 1699. Eksport kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun eksport meningkat sampai 60 ton/tahun, Indonesia adalah tempat perkebunan pertama diluar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780.
VOC kemudian melebarkan sayap dengan menanam kopi diluar Jawa seperti di Sumatra, Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sulawesi mulai ditanam tahun 1750, di dataran tinggi Sumatra Utara dekat Danau Toba ditanam sekitar tahun 1888 dan di Gayo, Aceh dekat danau laut tawar ditahun 1924.
Kehadiran kopi di Indonesia bukan serta merta ada begitu saja, seperti apa yang telah kita rasakan sekarang hanya membutuhkan modal saja maka kopi itu hadir di tengah-tengah kita. Perjuangan (Tau Ri’olo’a Bahasa Makassar) untuk menikmati sebuah kopi ia harus merasakan penderitaan dari sekutu belanda, setelahnya barulah ia bisa menikmati kopi yang di impikannya. Sekali lagi kopi memiliki kekuataan tersendiri. Bagi (Tau Ri’olo’a Bahasa Makassar) dengan ritual meminum kopi secara bersama-sama, memikirkan bagaimana penjajahan harus dihapuskan.
Kopi dan Kemanusian mengajarkan kita pada suatu Kedamaian, Ketentraman, Kebahagian, Kehidupan, dan Kebudayaan. Sementara di Negara kita begitu banyak masalah yang sedang terjadi mulai dari “korupsi, kemiskinan, kebudayaan, pendidikan, ekonomi, konflik sosial, bahkan Ke-agama-an”. Ada apa dengannya ?
Bagi pengusaha kaki lima yang berjualan dibidang kuliner, kini ada lho kemasan makanan Greenpack yang cocok untuk mengangkat value produk kamu. Cek di sini sekarang http://www.greenpack.co.id/
ReplyDelete