Recent

10 February, 2015

Negeri Monopoli

Dia Lempar dadunya sampai pada titik kebangkrutan,
Dia melempar segala keinginannya demi memainkan dadunya,
Lemparan dadu itu seperti ada kenikmatan bagi dirinya.
Negri oh Negri.

Inginkah Kau Dinamai Negeri Monopoli ?
Dibeli, dijual, dan dibuang ?
Dimainkan dengan sesuka batu dadu pada label yang terpampang.
Putaran dadumu seolah menandakan hidup dan matimu.
Sungguh Ironis mendengarkannya.

Permainan yang dimainkannya mungkinkah diakhiri oleh nyawa ?
Sementara hakikat kemanusiaan kau abaikan begitu saja.
Bahkan nilai-nilai kearifan kau laksanakan seperti lemparan dadu monopolimu.
Yang selama ini engkau damba-dambakan dengan angka-angka nihil.
Ketika kau sedang menggenggam erat smartphone yang kau miliki,
Masihkah kau ingin memainkannya ?

Suara tangisan kelaparan, Kehausan, hingga Pertolongan,
Dapatkah kau mendegarkannya ?
Kini kau lebih memilih mendengar suara permainanmu ketimbang,
Jeritan tangis mengharukan.
Negri oh Negri.

Aku bertanya,
Tetapi pertanyaan-pertanyaanKu
dibenturkan oleh meja monopolimu,
Sehingga pertanyaanku kau menyimpannya dalam penjara.
Yang hanya bisa diam, membisu dan Menunggu hingga lemparkan dadu-dadumu,
mejawab apa pertanyaanku.Selamatkan Pertanyaanku,
Negri oh Negri.



Makassar 6 Februari 2015

0 komentar:

Post a Comment