Oleh : Al-Fian Dippahatang
Mataku selalu menatap jalan panjang yang menetap pada jarak.
Membuatku menanggung rindu, menunggangi resah.
Sesal yang terkumpul di pikiranku bagai ide yang kuraih,
tapi, terburu-buru melayat entah ke mana.
Selain aku merasa tersesat kehilangan kasih.
Mungkin sakit, sebab yang kualami sesak di dada
dan kakiku berat melangkah.
Menuju pulang selalu memanggilku.
Degub jantungku berpacu beriringan
dengan waktu begitu cepat berlalu.
Tapi, aku tak bisa melupakan jejak
yang lalu-lalang hinggap di pikiranku.
Jika menunggu membuat orang-orang melemah,
kusuapi tubuh ini, ingatan yang sengaja kukumpulkan.
Agar, tak pernah tumpul yang selalu mengenal asah.
Kuat bertahan, walau menunaikannya masih ada yang menahanku.
Perih yang menetes di ujung lidahku
serupa perihal rindu yang perlu kuacuhkan.
Aku tahu, rindu mesti kurawat,
walau tak kusanggupi meramalkan
kapan aku menakar atau menukar dengan pertemuan.
Selebar-lebarnya pintu terbuka menuju pulang.
Aku masih kaku tak mampu melawan gagu.
Makassar, 2015
0 komentar:
Post a Comment