
Hujan beberapa bulan yang lalu sangatlah ditunggu. Bahkan orang dan kelompok masyarakat berlomba - lomba untuk melaksanakan shalat minta hujan. Ini memang tidak mengherankan,karena dimana - mana terjadi kekeringan. Bahkan bencana asap seperti di Riau dan kalimantan membutuhkan hujan untuk bisa memadamkannya. Belum lagi beberapa Hutan didaerah sulsel yang terbakar akibat kekeringan yang berkepanjangan.
shalat istisqa' di berbagai daerah akhirnya dikabulkan,tentu dengan dukungan Alam itu sendiri. Maka datanglah hujan, orang - orang pun bergembira. Namun kegembiraan itu tak didukung dengan hal positif.
Secara umum, banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan(wikipedia). Tentunya banjir ini tak asing lagi ditelinga masyarakat khususnya perkotaan. Banjir setidaknya menjadi musibah yang menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat kota.
Kembali ke persoalan shalat istisqa', hujan dan banjir. Ketiganya sepertinya tak berkaitan langsung, tapi memiliki hubungan sebab akibat yang kuat. Seperti doa yang dikabulkan melahirkan hujan dan hujan yang berlebihanlah yang kemudian menyebabkan banjir.
Tentunya, manusia memang harusnya mengintropeksi diri. Harusnya ketika meminta hujan,tentu harus dipersiapkan segala sesuatunya.seperti pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan. Dalam konteks saat ini, ketika kita meminta hujan yang perlu dilakukan adalah membersihakan saluran - saluran air yang ada, perencanaan kota yang teratur serta penghijauan kota.
Inilah yang harusnya menjadi pembelajaran untuk para "peminta hujan". Siapkanlah segalanya sebelum meminta, karena jika berlebih akan menjadi musibah. Tentunya, belum ada yang melakukan shalat menghentikan hujan.
Oleh karena itu, musibah tahunan ini harus diakhiri. Berhentilah mentradisikan banjir, karena itu petakan yang menyengsarakan. Saatnya berbenah, saatnya intropeksi diri dan saatnya berpola hidup yang Islami dan peduli terhadap Alam Sekitar.
0 komentar:
Post a Comment