31 July, 2013
»
Sosial dan Politik
» Stop Tipu-tipu Rakyat.
Stop Tipu-tipu Rakyat.
Dalam PILKADA ada bagian dari calon. Calon inilah yang berhak mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya kalau perlu mereka boros dalam pilkada. Mengapa demikian, karena suara rakyat yang menentukan siapa yang menjadi pemimpin di suatu instansi pemerintahan. Calon sangat sulit untuk dipercayakan sebagai janji yang dimanfaatkan entahkah itu beridealis ataukah optimis, tetapi para pemimpin yang di Indonesia sekarang ini sangat sulit didapatkan pemimpin yang berkepribadian jujur, bertanggung jawab, dan merakyat. Yang ada hanya memanipulasi rakyat.
Kapan dikatakan pemimpin merakyat ? ketika ada kepentingan yang harus diselesaikan dengan penuh kebohongan, yang menjadi korban siapa, yaitu rakyatnya sendiri. Inikah yang dimaksud dengan demokrasi ? (pemerintahan Rakyat). Apabila ada kepentingan pemimpin baru disebut merakyat. Bagi mereka uang adalah cara untuk “menyogok” suara rakyat, bagaimanapun caranya rakyat dijadikan sebagai alat untuk merebut sebuah kekuasaan. Ini sangatlah ironis ketika terjadi seperti ini. Bukan lagi ketika terjadi, melainkan sudah atau sedang terjadi dibeberapa daerah.
Betapa rusaknya pilkada kita di Indonesia, jangankan Indonesia, Makassar pun kacau menjalankan roda pilkada sekarang ini. Apalagi Makassar sekarang akan mau berlangsung yang namanya pemilihan walikota, dimana ada sepuluh calon, diantara sepuluh calon ada satu calon yang akan lolos dalam pesta demokrasi ini. Rasanya pilkada ini dijalankan hanya untuk merebut sebuah kekuasaan dengan membohongi, memanipulasi, rakyatt. Agar rakyat memilih calon yang banyak janji palsunya. Andaikan ada malaikat yang diturunkan dibeberapa daerah di indoensia, maka dia bisa dikatakan pemimpin yang sesungguhnya.
Ini bertanda bahwa system pilkada di Makassar kurang baik, karena kenapa, karena bagi para calon uanglah yang bisa dijadikan sebagai hasil perjuangan kita pada saat pesta demokrasi yang sedang berlangsung. Rakyat juga ikut dalamnya, jangankan ikut, rakyatpun di suruh memilih dengan pada akhirnya menimbulkan pemimpin yang pembohong.
Maka rakyat adalah dijadikan korban pesta demokrasi. Rakyat menjadi budak dalam dirinya sendiri, tetapi beruntunglah rakyat memiliki yang namanya mahasiswa yang selalu hadir untuk meluruskan janji-janji kebohongan para calon-calon. Apakah calon itu bisa mensejahterahkan rakyat yang sesuai dengan kemauan rakyat ? itu sangat mustahil akan terjadi, ketika rakyat sendiri yang diperbudak dengan kebohongan publiknya.
Barang siapa yang menjadi pemenang yang akan datang, maka kebohongan sudah mulai terjadi pada saat itu. Akankah ada pemimpin yang bisa menerima hasil kritikan dari rakyatnya sendiri ? pilkada sekarang kita sudah jauh dengan harapan yang kita inginkan. Kita sebagai rakyat hanya di bohongi dari para pemimpin-pemimpin yang janji hanya ”PALSU”. Bisa jadi akan melahirkan yang namanya pemimpin yang KORUPSI, serta yang ada hanya kepentingan pribadinya saja. Jadi ada yang setengah mati, ada juga yang mati setengah.
Dimana letek setengah matinya yaitu di Pemimpinnya, dimana letak mati setengahnya yaitu Dirakyatnya. Jadi uang yang calon keluarkan agar mereka menang dalam pemilihan umum itu adalah uang Negara, itupun juga kalau tidak di KORUPSI sedemikian banyak. Inilah yang dimaksud dengan pemborosan uang Negara. Calon-calon sengajah mengambil uang dari Negara untuk rakyat yang bernegara, tetapi tidak merakyat soal bernegara.
Apakah ini yang mau diharapkan dari demokrasi tersebut ? apabila ada calon yang dikalahkan dalam pesta demokrasi, lantas modal mereka yang dikeluarkan dalam pesta demokrasi rugi, maka yang terjadi adalah KORUPSI dimana-mana, bagaimanapun caranya agar uang mereka kembali, atau setidaknya untung dari modal yang mereka keluarkan. Inilah jeleknya pilkada kita yang tidak ada henti-hentinya di kalangan para pejabat yang nota benenya ingin mensejahterakan rakyat. Tapi hasilnya adalah yang terjadi penyelewenang (KORUPSI). Ini sama saja ada yang sengaja mempermainkan system pilkada yang sudah diterapkan oleh yang bersangkutan (penguasa).
Didalam pilkada ada namanya calon, calon inilah yang berhak mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya kalau perlu mereka boros dalam pilkada. Mengapa demikian, karena suara rakyat yang menentukan siapa yang menjadi pemimpin di suatu instansi pemerintahan. Calon sangat sulit untuk dipercayakan sebagai janji yang dimanfaatkan entahkah itu beridealis ataukah optimis, tetapi para pemimpin yang di Indonesia sekarang ini sangat sulit didapatkan pemimpin yang berkepribadian jujur, bertanggung jawab, dan merakyat. Yang ada hanya memanipulasi rakyat.
Kapan dikatakan pemimpin merakyat ? ketika ada kepentingan yang harus diselesaikan dengan penuh kebohongan, yang menjadi korban siapa, yaitu rakyatnya sendiri. Inikah yang dimaksud dengan demokrasi ? (pemerintahan Rakyat). Apabila ada kepentingan pemimpin baru disebut merakyat. Bagi mereka uang adalah cara untuk “menyogok” suara rakyat, bagaimanapun caranya rakyat dijadikan sebagai alat untuk merebut sebuah kekuasaan.
Ini sangatlah ironis ketika terjadi seperti ini. Bukan lagi ketika terjadi, melainkan sudah atau sedang terjadi dibeberapa daerah. Betapa rusaknya pilkada kita di Indonesia, jangankan Indonesia, Makassar pun kacau menjalankan roda pilkada sekarang ini. Apalagi Makassar sekarang akan mau berlangsung yang namanya pemilihan walikota, dimana ada sepuluh calon, diantara sepuluh calon ada satu calon yang akan lolos dalam pesta demokrasi ini.
Rasanya pilkada ini dijalankan hanya untuk merebut sebuah kekuasaan dengan membohongi, memanipulasi, rakyatt. Agar rakyat memilih calon yang banyak janji palsunya. Andaikan ada malaikat yang diturunkan dibeberapa daerah di indoensia, maka dia bisa dikatakan pemimpin yang sesungguhnya. Ini bertanda bahwa system pilkada di Makassar kurang baik, karena kenapa, karena bagi para calon uanglah yang bisa dijadikan sebagai hasil perjuangan kita pada saat pesta demokrasi yang sedang berlangsung. Rakyat juga ikut dalamnya, jangankan ikut, rakyatpun di suruh memilih dengan pada akhirnya menimbulkan pemimpin yang pembohong.
Maka rakyat adalah dijadikan korban pesta demokrasi. Rakyat menjadi budak dalam dirinya sendiri, tetapi beruntunglah rakyat memiliki yang namanya mahasiswa yang selalu hadir untuk meluruskan janji-janji kebohongan para calon-calon. Apakah calon itu bisa mensejahterahkan rakyat yang sesuai dengan kemauan rakyat ? itu sangat mustahil akan terjadi, ketika rakyat sendiri yang diperbudak dengan kebohongan publiknya. Barang siapa yang menjadi pemenang yang akan datang, maka kebohongan sudah mulai terjadi pada saat itu.
Akankah ada pemimpin yang bisa menerima hasil kritikan dari rakyatnya sendiri ? pilkada sekarang kita sudah jauh dengan harapan yang kita inginkan. Kita sebagai rakyat hanya di bohongi dari para pemimpin-pemimpin yang janji hanya ”PALSU”. Bisa jadi akan melahirkan yang namanya pemimpin yang KORUPSI, serta yang ada hanya kepentingan pribadinya saja. Jadi ada yang setengah mati, ada juga yang mati setengah. Dimana letek setengah matinya yaitu di Pemimpinnya, dimana letak mati setengahnya yaitu Dirakyatnya.
Jadi uang yang calon keluarkan agar mereka menang dalam pemilihan umum itu adalah uang Negara, itupun juga kalau tidak di KORUPSI sedemikian banyak. Inilah yang dimaksud dengan pemborosan uang Negara. Calon-calon sengajah mengambil uang dari Negara untuk rakyat yang bernegara, tetapi tidak merakyat soal bernegara. Apakah ini yang mau diharapkan dari demokrasi tersebut ? apabila ada calon yang dikalahkan dalam pesta demokrasi, lantas modal mereka yang dikeluarkan dalam pesta demokrasi rugi, maka yang terjadi adalah KORUPSI dimana-mana, bagaimanapun caranya agar uang mereka kembali, atau setidaknya untung dari modal yang mereka keluarkan.
Inilah jeleknya pilkada kita yang tidak ada henti-hentinya di kalangan para pejabat yang nota benenya ingin mensejahterakan rakyat. Tapi hasilnya adalah yang terjadi penyelewenang (KORUPSI). Ini sama saja ada yang sengaja mempermainkan system pilkada yang sudah diterapkan oleh yang bersangkutan (penguasa). Di dalam pertarungan ada menang, adakalah, akan tetapi berhakkah yang kalah KORUPSI dengan cara yang halus, agar mereka tidak diketahui bahwa mereka tidak korupsi ? tapi inikah yang di inginkan oleh rakyat ? inikah yang di inginkan oleh semua orang?
sungguh luar biasa permainan politik, memang tidak ada teman sejati dalam politik, yang ada hanya "kepentingan Pribadi". sungguh luar biasa sistem pilkada kita sekarang ini.
ini sangat berpengaruh besar dalam masyarakat, masyarakat juga harus tau bagaimana cara untuk memilih memipin yang tidak menjanjikan sebuah kebohongan rakyat. rakyat mati setengah dalam hak pilihnya, tetapi pada ujungnya dia dipermainkan sebagaimana adanya. Inilah yang dimaksud dengan demokrasi? ada unsur penyalagunaan oleh para calon-calon yang seenaknya saja mau mementingkan kepribadianya.
Bagaimanpun caranya bisa memenangkan pilkada dengan memboroskan uang mereka, kalau yang mencalonkan sudah kita kenal dengan latar belakangnnya ragu-ragu pemimpin sebuah instansi pemerintahan, maka rakyatlah yang jadi korban, karena mereka di manipulasi dari janji-janji penuh kebohongan agar para calon-calon berhak mendapatkan kepentingan pribadinya. ini bertanda bahwa PILKADA memang sangat pesimis dijalankan oleh para calon-calon. mungkin karena uang mereka banyak dari rakyat, jadi mereka seenaknya saja memberikan sogokan kepada rakyat, untuk membohongi dirinya sendiri. agar mereka terpilih sebagai pemimpin yang sangat, amat ragu-ragu unutk menjalankan sebuah instansi pemerintahan.
Jadi Saya menekankan Bahwa, "Rakyat" Haruslah Pandai-Pandai Memilih Pemimpin Yang Tidak Ragu-Ragu Untuk Kepentingan Kita Semua, Kalau Perlu Kita Serentak GOLPUT Dalam Pesta Demokrasi, Atau Pesta Pemilihan Umum.
Semoga Bermanfaat. :)
0 komentar:
Post a Comment