Recent

13 January, 2016

Maka Menikahlah!!! Part 1

Oleh : Rizal Pauzi
 (untuk kawanku yang telah dinanti)

Menikah,begitulah istilah yang dinanti saat menyandang gelar sarjana. Bagi yang tak kuliah,setaranya adalah berumur antara 22 - 25 tahun. 

Ketika pulang kampung,keluarga akan bertanya kerja dimana?jika telah kerja, maka pertanyaan yang muncul adalah kapan menikah? Setelah itu punya anak berapa? Dan begitulah selanjutnya.

Pertanyaan - pertanyaan ini seperti tsunami dalam kehidupan.hanya ada dua pilihan, melanjutkan studi atau menikah. Tentunya konsekwensinya pun jelas.

Karena memilih melanjutkan studi, tentu "hantu" yang paling ditakuti adalah undangan pernikahan. Tentu kita akan malu jika belum sukses dan diperparah jika datang sendiri. belum lagi anggaran kuliah harus sedikit disisipkan untuk mengisi undangan pesta pernikahan tersebut.

Sedikit pengalaman, Disebuah pesta pernikahan teman seangkatan dan juga seperjuangan diorganisasikampus. Kami pun bertemu dengan banyak teman. Salah satunya dengan salah satu senior yang hampir menginjakkan umur 30 tahun tapi masih  memutuskan belum menikah. Teman seangkatannya datang menggendong anak dan menggenggam tangan istrinya, dengan sedikit senyum mereka mendekati sahabatnya. Kapan menikah? Ini siswa yang saya ajar telah menikah, terus kamu belum juga menikah - menikah. Sejenak terdiam,tapi berusaha membela dengan bahasa semampunya. Aku yang duduk didekatnya, sangat merasakan tekanan sosial yang tinggi yang membuatnya harus terkucilkan.

Tentunya kita semua bersepakat bahwa menikah itu adalah fitrah manusia. Bahkan kesempurnaan agama dalam islah itu  harus dengan menikah. Agar hidup tentram juga dianjurkan menikah, dan tentu menyalurkan hasrat seksual dengan halal juga harus dengan menikah.

menikah jelas adalah kewajiban. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa bukan umatku orang yang tak melaksanakan sunnahku (Menikah). Walaupun beberapa penafsiran ulama yang mengatakan ada pengecualian bagi yang mengalami kelainan dalam hal seksual. Tapi bagi yang normal tak ada toleransi baginya. 

Lantas apa yang membuatmu ragu?
Engkau telah memiliki wanita yang telah kau yakini bisa menjadi pendamping hidupmu. Dia telah sarjana dan bekerja, telah meminta kepastianmu untuk melamarnya.

Untuk sahabatku yang telah dinanti,jangan terlalu lama menyiksa batinmu dan batin kekasihmu. Jika telah yakin maka segeralah menikah.
Kau telah memiliki apa yang menjadi syaratnya.

Lantas apa yang membuatmu ragu?
Engkau telah lama berkomitmen dengannya. kau tahu kelebihan dan kekurangannya,begitu pun sebaliknya. Setidaknya, karena engkau aktivis dakwah maka tak ada istilah pacaran bagimu.

Lantas apa yang membuatmu ragu?
Saya yakin kau adalah laki laki normal secara lahir dan batin. Saya yakin tauhidmu kuat, sehingga engkau pasti yakin dengan janji Allah SWT dalam surah An Nur Ayat 32 "............Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Tapi karena nalarku tak terhegemoni oleh rasa. Karena persahabatan kita yang membuatku mengenali potensimu. Maka kusampaikan padamu satu prinsip hidupku tentang menikah. Bagiku, Menikah itu puncak Kesuksesan. Jika menurutmu apa yang kau cita - citakan telah kau raih maka menikahlah, karena ketika keputusan itu kau ambil, maka yakinlah kau tak bisa ektrim mengejar mimpimu karena sibuk memenuhi kebutuhanmu dan istrimu, anakmu kelak,tabungan hari tuamu dan tentu sedekahmu untu Akhirat. Karena masih yakin bahwa kita dalam proses pendakian menuju puncak, maka tanggalkanlah beban dan teruslah melangkah.karena Jodoh pasti takkan kemana. Sehingga menikah adalah kepastian,yang belum pasti adalah "waktu" .

0 komentar:

Post a Comment