Jalan-jalan di salah satu kota yang berada di Indonesia. Luas Wilayah Kota Itu berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota itu merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai. Luas wilayah kota seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di sekitar kota tersebut ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².
Kota ini sangat di kenal dengan keindahannya, tetapi wisatanya jarang di perhatikan oleh pemerintahnya. Berbagai keindahan di kota itu misalnya, Pantai, Gunung, Museum, Laut, Sungai, dan Lain sebagai. Kota ini biasanya orang menyebutnya bagian timur. Melihat peta Indonesia kota ini berada di tengah-tengah ke-pulau-an Nusantara. Biasanya masyarakat di sekitar kota ini menampakkan peta kotanya dengan Stiker, entah mereka tempel di motornya, di rumahnya, dan dimana saja asalkan indah di lihat.
Banyaknya kendaraan di kota ini, banyak pula tempat penampungan bahan bakar minyak. Mulai dari ujung kotanya sampai ujung pula kotanya di hiasa banyak penampungan bahan bakar minyak. Semakin banyak pula kendaraan keluar masuk dealer di kota ini. Makin banyak kendaraan yang keluar, maka dealer juga tak segan-segan mempromosikan produknya dengan berbagai alat yang mereka gunakan. Biasanya alat yang mereka gunakan agar produk mereka laris manis yaitu Media. Media televisi, Media Surat Kabar, dan Media Internet. Berapa banyak pengeluaran setiap hari kendaraan di kota ini ? Apa faktor yang mendorong masyarakat agar dia membelinya ?
Jangankan hari, setiap jam saja mungkin ada beberapa kendaraan yang keluar. Keterbatasan tiada batas. Kelakuan tak ada efek jera. dan Keperluan tiada habisnya. Di tambah lagi dengan penampung Bahan Bakar Minyak banyak pula di kota ini. Betapa banyak sampai-sampai orang-orang yang berkalangan atas berlomba-lomba untuk mengadakan Penampung Bahan Bakar Tersebut. Selamat bagi yang berkalangan atas, Bagaimana bagi yang tidak berkalangan atas ? sedangkan yang berkalangan bawah ini ingin juga mengadakan Penampung Bahan Bakar Minyaktapi yang menjadi persoalan mereka adakah pinansial mereka ?
Perjalan semakin asik meskipun setiap hari keluar tanpa ada tujuan kemana. Tapi menariknya ada sesuatu yang mesti di pikirkan oleh banyak masyarakat di sekitar kota itu. Apakah itu ? Seperti apakah itu ? Siapa yang punya ? tanpa tujuan pada akhirnya bertujuan. Yang manakah anda maksud bertujuan ? bukankah yang bertujuan itu ada sesuatu yang perlu kita kunjungi ? Oh, Kali ini bertujuan itu berbeda dengan apa yang anda pikirkan. Coba anda perhatikan berapa banyak di kota ini Penampung Bahan Bakar Minyak ? Kalau di hitung-hitung mungkin ada sekitar dua puluhan lebih entah berapa lebihya, dua puluh itu kita perumpamakan saja.
Asik juga yah perjalan kita selama anda berada di kota ini. Bagaimana kalau kita bicarakan dengan teman-teman kita mengenai berapa banyak Penampung Bahan Bakar Minyak di kota ini. Menarik sekali itu. Ada baiknya mungkin kalau kita mengetahui betul tentang hal ini, baru kita bicarakan dengan teman-teman kita. Yah terpaksa kita mencari-cari dulu apanya, siapanya, dan bagimananya. Kalau begitu kita ketemu di tempat warung kopi saja sambil menikmati kopinya. Okekan ? Oke-oke saja. bagaimana dengan harinya ? Harinya nanti kita SMSan saja. Bahaya kalau kita buka-bukaan mengenai tempat dan harinya. Jangan sampai anda Jasus (mata-mata) kita.
Kemana lagi yah ? lagi-lagi tujuan yang timbul di pikiran kita. Kalau begitu kita singgah di pinggir jalan yang ada penjual es kelapa mudanya saja. Baiklah. Lucunya pada saat mau membayar uang kami hilang, Ah apa hilang ? hilangnya dimana ? Yah Hilang. Hilangnya dimana-mana. Aduh anda ini bagaimana ? Kalau begitu simpan saja dulu motormu ? apa motorku di simpan ? iyya. Lalu pulang kita naik apa ? Yah kan banyak kendaraan di sekitar kita, bukan cuman kita punya kendaraan, Angkutan Kota ini kan ada. Bagimana kalau kita naik angkutan kota saja bagaimana ? Oke-oke saja.
Di atas angkot masih memikirkan barang titipan mereka yang tadinya dia titp di penjual es kelapa muda di karenakan uangnya tak ada. Untung saja penjual itu baik, baik karena dia tak di laporkan kepada Polisi, andaikan mereka di laporkan kepada polisi, apa yang terjadi ? bisa-bisa rencana mereka GAGAL, padahal rencananya sangat mempengaruhi ribuan masyarakat di kota ini. Ternyata penjual es kelapa muda itu baik orangnya. Mereka berdua di atas angkot berbincang-bincang tentang RENCANANYA. Apakah rencana anak dua orang ini ? apakah tentang kota ini ? ataukah tentang Penampung Bahan Bakar Minyak ?
Rencana kedua orang ini adalah tentang Penampung Bahan Bakar Minyak (SPBU). Mkasud dari kota di atas itu adalah kota makassar. Dimana kota ini makin banyak Penampung Bahan Bakar Minyak , makin banyak pula pengguna kendaraan yang mondar mandir entah kemana tujuannya. Kalau kedua anak ini tanpa tujuan, tapi sebenarnya dia ada tujuan. Itu yang menariknya kedua anak ini. Meskipun mereka jalan-jalan habiskan uangnya, tetapi ada hasil yang mesti di perhatikan oleh banyak kalangan masyarakat di kota ini. Terutama bagi yang tidak tau tentang hal ini. Maka dari itu ada baiknya kedua anak ini memberitaukan kepada warga kota ini, agar warga tau.
Perjalan kedua anak ini sangat melelahkan, yang membuat dia melelahkan buka karena capek jalan-jalan, melainkan capek menghitung kode papan nama Penampung Bahan Bakar Minyak (SPBU). Kota Makassar memiliki kode 74 XXXXX dan 71XXXXX. Maksud dari kode itu adalah Angka 7 menandakan kode wilayah, sedangkan angka 4 dan 1 menandakan kepemilikan. Kalau angka 4 berartika kepemilikan, maka kepemilikan itu biasanya yang punya pengusaha. Sedangkan angka 1 biasanya kepemilikan Pertamina sendiri. Jadi antara angka 4 dan 1 sangat berbeda. Dimana letak berbedanya ? Yah, Dimana kota ini di kuasai oleh angka 74 ketimbang dengan angka 71.
Perjalannya sangat menarik, menariknya karena di kota ini cuman yang mereka dapatlkan kepemilikan pertamina cuman satu saja. Ketimbang dengan kepemilikan pengusaha. Jadi di kota ini banyak sekali pengusaha yang Penampung Bahan Bakar Minyak . Berapa setiap hari pengusaha dapatkan hasilnya ? kalau di hitung-hitung mungkin sekitar Milyaran. Kenapa bukan pertamina sendiri yang menguasai Penampung Bahan Bakar Minyak di kota ini ? belum lagi berbicara tentang kualitasnya. Bisa saja pemilik pengusaha jauh kualitasnya dengan pemilik pertamina sendirinya.
Pengusaha kan memburu yang namanya keuntungan dan kembali modalnya. Bagaimana caranya agar modalnya akan kembali dengan cepat ? Bayangkan saja, berapa banyak SPBU di kota ini, apalagi kalau rata-rata di kuasai oleh kalangan Pengusaha ? Apakah modalnya itu sudah Kembali ataukah Rugi ? Kalau Rugi mustahil kalau Pengusaha ini Rugi. Apalagi semakin harinya kendaraan semakin bertambah jumlah pengeluaran. Bagiaimana caranya mau rugi. Bukan rugi yang terjadi melainkan keuntungan semakin menjadi-jadi. Menjadai persoalan dari perumpaan 20 SPBU di kota ini, lebih banyak di kuasai oleh pengusaha, kenapa bukan pertamina sendiri yang kuasai ?
Tujuh Empat Vs Tujuh Satu, Lebih banyak tujuh empat ketimbang dengan tujuh satu. Karena Pertamina juga membiarkan atau tak melarangnya memberikan keterbatsan oleh pengusaha. Seandainya Seimbang antara tujuh empat dengan tujuh satu, atau lebih di tasa tujuh satu itukan hasil kualitasnya bagus, ketimbang dengan kualitas tujuh empat. Artinya apa, Tujuh empat memikirkan kembali modalnya, sedangkan tujuh satu memikirkan biarkan kita menjualnya. Jadi sangat tarik menarik antara tujuh empat dengan tujuh satu. Tapi bagaimana pun caranya, tetap saja pengusaha akan menguasai SPBU ini. Karena pertamina dapt keuntungan lebih dari para pengusaha ini. Jadi lebih baiknya Tujuh satu kurang, Jadi Tujuh empat biarkan saja banyak.
Apakah masyarakat tau dengan hal ini ? Perjalan kedua anak ini tanpa ada tujuan, tapi membawa pulang sebuh tujuan. Masyarakat harus tau ini. bagaimana rasanya kalau masyarakat sudah tau ini ? apakah dia berusaha mencari yang berkode tujuh satu ? atau hal ini di jadikan saja bahan pembicaraan untuk mengurangi rasa Bosan masyarakat ? Tujuh empat memang banyak, jadi hampir seratus persen di kuasai oleh pengusaha-pengusaha. Siapakah pemilik SPBU setiap daerah berbeda-beda ? ataukah Sama saja ? Kalau beda ada bagusnya, tapi kalau sama saja, mala bertambah keuntungan.
Pertamina Mesti tegas dengan hal-hal seperti ini. Bagaimana pun caranya mesti tegas. Meskipun hasilnya lebih besar, sampai kapan masyarakat mengeluh dengan kendaraan mereka gara-gara kualitas bensinnya. Belum lagi kalau ada masyarakat mengeluh rusak motornya dengan mengisi bensin di SPBU berkode tujuh empat itukan jarang di perhatikan. Yang paling selalu di perhatikan Habisnya itu Penampung Bahan Bakar Minyak. Para pemilik SPBU juga seenaknya saja yang jelas keuntungan mereka bertambah dan bertambah. Ini biasanya di sebut merajalelanya Keserakaan.
0 komentar:
Post a Comment