Pada siang hari, ada seorang anak yang tidak tau apa-apa meskipun dia hanya orang biasa saja dengan pakaian tidak bagus amat, bila dibandingkan dengan orang-orang di sekitar mereka. Ketika orang-orang yang dipandang dengan pakaian yang bagus lantas bagaimana dengan orang yang tidak berpakaian bagus ? Mungkin dia di usir dari tempat yang mereka kunjungi tersebut. Sungguh aneh rasanya, apabila orang-orang yang pakaian yang bagus tidak menghargai orang yang tidak berpakaian bagus.
Antara bagus dan jelek itukan hanya perbandingan saja. Perbandingan dalam artian pakaiannnya, bukan berarti pakaian mereka tidak bagus lantas mereka tak di pedulakan, betapa ironisnya sebuah tragedi ini. Jika memang betul di tempat tersebut dilarang memakai pakaian yang tidak bagus akankah orang yang tidak memakai pakaian tidak bagus akan di usir dari tempat tersebut ? Kalau demikian, apa alasan yang logis ketika hanya persoalan pakaian yang tidak bagus di usir dari tempat ? Persoalan kemudian adalah bagus dan tidak baguskan bernilai estetika bukan bernilai keburukan. Melainkan tidak bagus bisa membuat bagus.
Persoalannya bagus dan tidak bagus berada pada posisi perbandingan antara tempat dan pakaian. Bagaimana kalau orang yang tidak berpakaian bagus memiliki alasan yang sangat masuk akal ketimbang dengan banyaknya orang yang berpakaian bagus lantas mereka ikut-ikutan saja dengan yang lainnya. Jelas bahwa antara bagus dan tidak bagus bukan lagi menjadi persoalan, melainkan sebuah kesalah pahaman antara pakaian dan tempatnya.
Orang yang tidak berpakaian bagus bisa jadi bagus menurutnya. Ketika di bandingkan dengan pakaian yang bagus lantas dirinya mengatakan pakaian yang dia gunakan sangat tidak cocok dengan diriku, kebetulan saja temannya memanggilnya dengan penuh tanda tanya, entah di panggil ke hotel, atau ke suatu tempat yang sangat istimewa. Lagi-lagi persoalan ikut-ikutan yang bernilai sangat tinggi di bandingkan dengan nilai ke tidak ikut-ikutan.
Jadi alangkah bagusnya kalau pakaian bagus dan tidak bagus di taidakan saja guna melaksanakan sebuah kedamaian antara orang yang pakaiannnya bagus dengan orang yang pakaiannnya tidak bagus.
Menarik sekali ceritanya jika kita menyimak dengan baik. Betapa di rendahkannya seorang yang pakaiannya tak kalah bagus dengan orang-orang yang pakaian sangat bagus di hadapan orang lain. Meskipun dihadapan dirinya sendiri tak bagus. Beda dengan orang yang pakiannnya tidak bagus di hadapan orang lain, lantas di dirinya sendiri sangat istimewa.
Perbedaan bukanlah hal yang selalu membawa kita kepada sebuah kesimpulan yang benar, melainkan membawa kepada kesimpulan yang melenceng dari kebenaran tersebut. Bayangkan betapa dibaggakannya sebuah pakaian yang bagus di lihat oleh orang lain, dengan pakaian yang tidak bagus dilihat oleh orang lain. Perbedaan ini sangat membawa kita kepada jalan yang buntu. Dimana tak ada lagi jalan selain memutar balikkan keadaan dengan perbuhan yang jauh perbedaaan yang di atas.
Merasakan hal seperti ini ada baiknya kalau kita amati dengan baik, ketika pemulung dikatakan seorang yang tidak baik, di sebabkan karena dia selalu saja mengambil barang-barang yang biasa masih di gunakan oleh punyanya. Nah, apakah seorang pemulung salah ataukah seorang yang punya ? Kalau yang punya menaruh barangnnya begitu saja, jelas pemulung akan mengambilnnya, itupun belum tentu pemulung ambil. Antara kepemilikan yang tida memperhatikan dengan mengambil begitu saja tanpa sebuah izin kepada pemilik barang tersebut.
Pemulung biasanya tak berani juga mengambil selain berada di tempat sampah, karena pemulung hanya orang-orang yang tak di pandang oleh masyarakat luas, maka apa pun yang terjadi pasti akan disalahkan pemulung, meskipun orang-orang di sekitarnya mengambil itu barang. Ini suatu jebakan guna melakukan sebuah kontestasi dalam masyarakat. Alangkah lucunya jika terjadi tragedi tersebut.
0 komentar:
Post a Comment