Kalau anda sedang mengendarai motor / mobil lalu lewat di jalan sultan alauddin pas dekat lampu merah dekat MAN 2 model anda pasti melihat sosok orang dengan postur tubuh yang tak normal itu, ia justru paling mudah dikenali di antara beberapa rekannya di lokasi tersebut. Dia Kenal Sebagai Nama Daeng Beta, biasanya di panggil Beta saja.
Hidup di Kota Metropolitan sekelas Makassar memang butuh banyak pengorbanan. Saat orang seharusnya sudah pulang ke rumah untuk istirahat dan terlelap nyenyak di balik hangatnya selimut tebal, sebagian orang justru masih berusaha mengais rejeki di jalan-jalan raya. Daeng Beta salah satunya; sudah harus bekerja sesaat sebelum terbitnya matahari hingga waktu berdetak ke dini hari.
Di bawah rintik hujan, di taman kecil yang seolah menyembul di pertigaan Jalan Sultan Alauddin – Jalan A.P. Pettarani, ANDA Pasti menemui si Beta kesibukannya menjajakan koran terbitan lokal maupun nasional. Setiap kali lampu merah menyala, kakinya yang tak panjang bergerak, melangkah cepat ke badan jalan. Bagai tertelan ombak, ia hilang di balik kerumunan kendaraan motor / mobil , lalu tiba-tiba muncul di pembatas jalan sambil mengacungkan koran di kaca-kaca mobil dan pengendara motor penuh semangat menawarkan koran ke pengguna jalan yang berhenti.
Dengan Semangatnya mencari penghasilan yang tidak terlalu banyak dia dapat dalam seharinya, tetapi semangatnya tidak terkalahkan dengan para pekerja yang di atas penghasilannya si daeng beta. Sudah berapa lamakah dia menjual koran di lampu merah ? Sudah berapa umur si daeng beta itu ? Betapa pentingnya yang dia jual kepada pengendara mobil / motor, semua orang butuh yang namanya berita karna berita adalah sumber informasi yang terpenting bagi masyarakat makassar.
Kalau di hitung lakunya koran yang dia jual, mungkin dalam sehari sekitar 7 bahkan lebih kalau daeng beta semangat kuat menjual korannya dan tidak lakunya mungkin dalam sehari sekitar 5 saja. tatapi daeng beta tetap saja berjualan demi kebutuhan sehari-harinya. dia juga dekat dengan anak-anak yang ikut dalam menjual koran bahkan dekat juga dengan pak polisi yang sering mangkal di dekat lampu merah MAN 2 Model tersebut. Kalau dalam lagunya IWAN FALS namanya si budi dia hampir sama nasib dengan si daeng beta itu.
Tetapi ada perbedaan antara si budi dengan si daeng beta, kalau si budi dalam lagunya iwan fals dia masih menduduki bangku sekolah, tapi kalau si daeng beta dia sudah berumuran di atas dua puluh tahunan. Siapa sih yang tidak kenal dengan daeng beta itu ? Layaknya dia bisa dikatakan sebagai sosok pahlawan masyarakat andaikan kita mau menyebutnya dia adalah PAHLAWAN, mungkin saja ada orang yang mau tapi cuman beberapa saja yang mau, dibandingkan dengan dia tidak berhak dikatak sosok PAHLAWAN, bagi mereka yang mengatakan tidak berhak mungkin saja mereka cemburu dengan semangat si daeng beta itu, dan bagi yang mengatakan layak dikatakan sosok pahlawan dia adalah memahami nasib si daeng beta itu.
Daeng beta menahan panasnya matahari, sedangkan para pengendara motor mengeluh dengan panasnya matahari. Apa sih kehebatan dari si daeng beta itu ? Daeng beta dekat juga dengan para pengendara motor, lebih hebatnya lagi si daeng beta biasanya mengigatkan para pengendara motor / mobil setiap lampu hijau, selain berjualan koran dia juga berfungsi sebagai layaknya dikatan polisi sementara.
Daeng beta mungkin kesal ketika pertigaan antara Sultan Alauddin dengan A.P. Pettarani ketika ada MAHASISWA yang "Demonstrasi" di perjalan tersebut, untung baik kalau koran si daeng beta laku pada saat MAHASISWA "berdemonstrasi", tetapi kalau koran kurang laku mana lagi panasnya matahari, macetnya jalan, kelaparan lagi, sementara para Mahasiswa Se-enaknya saja berdemonstrasi di jalan tersebut. Tetapi apakah Daeng Beta Kesal ?
Daeng Beta sosok orang tua yang sangat penuh semangat tiada hentinya. Dengan ada sedikit masalah pada dirinya, entah itu apa hanya Daeng Beta yang tau. Apabila koran tak laku banyak maka Daeng Beta sangat optimis sekali menjual korannya. Maka lagi kalau sudah tiba di siang hari matahari terlalu panas menyinari Daeng Beta, betapa panasnya mataharia tenggorokan Daeng Beta sangat kering, pastinya dia akan membeli Air Mineral, tetapi koran yang dia jual belum laku, apakah Daeng Beta Pinjam ? betapa susahnya kehidupan seorang penjual orang di pinggir jalan.
Masyarakat kadang memperhatikan dan memberikan sedikit Uang kepada Daeng Beta, tetapi apa yang terjadi dengan si Daeng Beta tersebut, maukah dia mengambilnya dari pemberian orang lain ? atau saling tukar menukar ? Di pikiran yang memberi akan merasa memberi, tetapi alangkah dengan baiknya si Daeng Beta orang itu yang memberikan uang Daeng Beta mala di kasih Koran. Jadi tak ada yang saling memberi semuanya saling menerima.
Mungkin Daeng Beta sangat bahagia ketika koran yang dia jual sudah ada yang membeli, dengan harga yang sangat murah, itupun koran sudah murah, eh masih ada yang menawar harga koran tersebut. Betapa tak memikirkan sebuah perjuangan penjual koran.Akankah Daeng Beta memberikan koran kepada orang yang menawarkan harga yang paling rendah ? Kebetulan matahari telah panas, maka Daeng Beta memberikan saja kepada orang itu, demi membeli Air Mineral untuk membasahi tenggorokannya.
0 komentar:
Post a Comment